Selasa, 03 Februari 2009

Musim Hujan:Perumahan Mewah pun Terancam Banjir

Rabu, 3 Januari 2007

BEKASI--Memasuki musim hujan, puluhan kawasan perumahan elite di wilayah Kabupaten dan Kota Bekasi rawan banjir karena pengembang membangun permukiman di atas lahan yang seharusnya untuk daerah resapan air.

"Sebagian besar perumahan elite di wilayah Kabupaten dan Kota Bekasi dibangun di atas daerah resapan air, sehingga terjadi banjir ketika hujan deras karena tidak ada lahan yang mampu menampung air hujan," kata pengamat lingkungan dari LSM Environment Community Union (ECU) Benny Tunggul.

Kawasan perumahan elite yang rawan banjir, yakni Bekasi Griya Asri, Bumi Satria Kencana Kayuringin, Bekasi Indah II, Kampung Buwek, Graha Mutiara di Wanasari Kabupaten Bekasi, Villa Jatirasa, Villa Jatiwarna, Kemang IFI Pratama, Bumi Satria Kencana, Kemang Pratama II, Harapan Baru Regency, Harapan Indah, dan Harapan Mulya.

Selanjutnya, Pondok Timur Indah, Pekayon Indah Bojong Kulur, Jakasampurna, Jaka Kencana Pekayon, Pondok Cikunir, Pondok Mitra Lestari, Pondok Hijau Permai, Pondok Pekayon Indah, Pulo Permatasari, dan Mustikasari Pekayon.

Berikutnya, Taman Cikunir Indah, Taman Cikeas Pekayon, Taman Permata Cikunir, Taman Galaxy, Villa Nusa Indah, Villa Jatiasih, Pondokgede Permai, dan Taman Centuri I dan II.

Salah satu penyebab terjadinya banjir di puluhan kawasan perumahan elite itu, antara lain adanya pelanggaran terhadap rencana tata ruang wilayah (RTRW) oleh pejabat intansi terkait yang dengan mudahnya menerbitkan surat izin lokasi kepada pengembang untuk membangun perumahan di kawasan resapan air.

"Bobroknya kinerja pejabat Pemkot Kabupaten dan Kota Bekasi yang dengan mudah menerbitkan surat izin membangun kepada pengembang dengan melanggar RTRW akhirnya puluhan kawasan perumahan elite di kedua wilayah itu menjadi langganan banjir ketika hujan deras," katanya.

Selain pelanggaran RTRW, pejabat kedua Pemda Bekasi itu juga dinilai tutup mata terhadap perubahan fungsi lahan yang terjadi, ditambah pembangunan perumahan elite mengesampingkan penelitian tentang analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).

Lahan yang seharusnya berfungsi untuk daerah resapan air disulap menjadi perumahan elite, pertokoan, dan perkantoran, sehingga mengakibatkan banjir, tetapi pejabat instansi terkait pemberi izin lokasi terkesan tidak mau tahu.

Benny menyebutkan pada 2004 terjadi banjir bandang yang menenggelamkan ribuan rumah elite di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi bahkan memorak-porandakan perabotan rumah tangga mengakibatkan kerugian materi Rp2 miliar.

Namun, yang memprihatinkan, kata dia, sebelum rumah-rumah elite dijual kepada calon konsumen, pengembang menyebar brosur bahwa perumahan yang ditawarkan bebas banjir, tetapi kenyataan di lapangan banjir juga.

Menanggapi adanya puluhan kawasan perumahan elite di Bekasi rawan banjir, Wakil Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad, mengatakan perlunya membangun sejumlah situ (danau) di daerah rawan banjir untuk menampung air hujan. Di wilayah Kecamatan Rawalumbu, Jatiasih, Jatisamurna, dan Bantargebang, terdapat lahan cukup luas yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan situ guna menampung air ketika hujan deras.

"Pembuatan situ mutlak dibutuhkan dan segera direalisasikan agar sejumlah kawasan perumahan elite dan rumah warga di luar perumahan juga tidak menjadi langganan banjir ketika musim penghujan," kata Mochtar Mohamad.

Jika Pemda Bekasi tidak membangun situ-situ, dapat dipastikan setiap hujan deras melanda wilayah ini beberapa jam saja permukiman menjadi langganan banjir, belum lagi kiriman air dari Bogor, Jawa Barat membuat Kali Bekasi meluap.

Kini di wilayah Kota Bekasi baru terdapat tiga situ, yakni Lumbu, Gede, dan Pulo, tetapi belum mampu mengatasi banjir yang melanda kawasan puluhan perumahan dan rumah warga sekitarnya ketika hujan deras.

Menanggapi hasil survei LSM Environment Community Union bahwa puluhan rumah mewah di Kabupaten dan Kota Bekasi rawan banjir, Kepala Bidang (Kabid) Tata Air Dinas PU Kota Bekasi, Ruspendi, mengatakan pihaknya menjalin kerja sama dengan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi guna mengambil langkah-langkah.

Langkah-langkah itu, antara lain menyediakan 14 perahu karet, obat-obatan, tenda, dan bahan makanan. Dengan demikian, jika terjadi banjir, para korban dapat segera mendapat bantuan yang dibutuhkan.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga mempersiapkan sembilan pompa penyedot air dengan kapasitas 250 liter hingga 400 liter per detik dan ditempatkan di sekitar Perumahan Kartini, Villa Jatirasa, Kemang IFI, Pondokgede Permai, Kompleks Kejaksaan, Graha Indah, Pondokhijau Permai II, Under Pass, dan Century. n ANT/E-2

1 komentar:

  1. ada info terbaru perumahan yang banjir ga? info lagi dong... thanks ya

    http://www.christon.org

    BalasHapus