Selasa, 03 Februari 2009

Harapan Indah tak Seindah Namanya

Jumat, 2009 Januari 23

KOTA HARAPAN INDAH


Saya tinggal di Harapan Indah sejak tahun 1994 sampai sekarang tidak pernah berubah masalah yang timbul yaitu banjir dan kemacetan.
dahulu sebelum pintu gerbangnya sebesar sekarang harapan indah telah macet, sekarang pun Harapan Indah kembali macet.
tetapi masalahnya tidak itu saja Harapan Indah sekarang hampir tiap tahun banjir dan semakin tahun semakin tinggi tingkat banjirnya.
sekarang banyak orang yang investasi rumah di harapan indah.
sebaiknya anda berhati hati lihat kondisi perumahannya.
walaupun kelihatan elit tapi banyak masalah yang terjadi. diantaranya banjir dan kemacetan.
saya bisa dapatkan gambar-gambar ini diantaranya.
pada tanggal 18 januari 2009 terjadi banjirnya yang cukup tinggi mungkin setinggi 100cm/ setinggi paha orang dewasa, hingga aktivitas sekolah yang di Harapan Indah terhenti.









Anehnya sejak banjir besar tahun 1996 pihak developer dari harapan indah tidak melakukan sesuatu pun, padahal harapan indah dilewati 3 kali kecil yang bermuara di lautan.
Aduh kalau ada orang yang mau investasi di harapan indah atau sekitarnya lebih baik anda
pikirkan dahulu.kemungkinan anda akan menimbulkan onkos yang lebih besar dari investasi anda. Selain itu juga dari segi ekonomi harapan indah ongkos ekonominya lebih mahal dari daerah sekitarnya. barang kebutuhan pokok lebih mahal dari daerah sekitarnya.
anda bisa lihat dari gambar yang diambil pada saat tanggal 180109 dan anda bisa lihat juga pada saat tanggal210109 pada saat macet di gerbang Harapan Indah kemacetan itu bisa menunggu sampai 2 jam lebih untuk bisa keluar dari pintu gerbangnya.

Drainase Buruk Menjadi Penyebab Banjir

19.01.09 17:52
Liputan6.com, Bekasi: Banjir setinggi 30 sentimeter melanda sebagian daerah Kecamatan Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat, Senin (19/1). Kawasan yang terendam antara lain Perumahan Harapan Indah dan Perumahan Pejuang Pratama. Selain akibat diguyur hujan lebat sejak Ahad, banjir akibat buruknya saluran air.

Penyempitan dan pendangkalan kali seperti Kali Bancong dan Kali Sasak Gani juga ikut memperburuk banjir. Meski rumah-rumah tergenang banjir, warga belum mengungsi. Namun beberapa sekolah terpaksa diliburkan karena gedung sekolah tergenang sehingga tidak mungkin dipakai untuk kegiatan belajar mengajar.

Bah juga merendam sebagian wilayah Kota Cilegon, Banten. Sebagian jalan juga tergenang sehingga arus lalu lintas terhambat. Penyebab banjir adalah sistem drainase yang tak berfungsi baik. Sudah lama warga meminta Pemkot Cilegon memperbaiki saluran air namun hingga sekarang belum juga ditanggapi.

Sementara itu korban banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Citarum di Karawang, Jabar masih mengungsi di tenda-tenda darurat di tepi jalan. Sebagian pengungsi mulai terserang berbagai penyakit seperti demam dan gatal-gatal. Warga mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih.

Sementara banjir disertai tanah longsor di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, menyebabkan ribuan warga kesulitan mendapatkan barang kebutuhan pokok. Bencana yang terjadi sejak 10 hari lalu itu memutuskan jalur transportasi antardesa dan kecamatan. Untuk menyalurkan bantuan, terutama bahan pangan, pemerintah menempuh jalur udara dengan menggunakan helikopter.(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)

Banjir Hari Ini Dinilai Lebih Dahsyat Dibanding Tahun Lalu

Senin, 19/01/2009 12:03 WIB
Nurul Hidayati - detikNews

Jakarta - Warga Bekasi, Cempaka Putih dan Kelapa Gading, tak bisa tidur nyenyak sedari semalam karena kawasan mereka kebanjiran semata kaki hingga sepinggang. Bagi sebagian dari mereka, banjir hari ini lebih dahsyat dibandingkan banjir bandang tahun 2007.

Reza Kurnia, misalnya, menuliskannya pengalamannya pada detikcom, Senin (19/1/2009).

"Baru kali ini perumahan Pondok Ungu Permai, Bekasi Utara, banjir sampai sepinggang orang dewasa. Tahun 2007 silam cuma sebetis," katanya.

Hal yang sama diakui oleh Juremi, juga warga Bekasi. "Banjir kali terbilang cukup besar, bahkan lebih besar dibanding banjir besar tahun 2006 lalu. Sebagai contoh rumah saya kemasukan banjir hanya tahun 2006 dan hari ini. Sedangkan tahun 2007 dan 2008, walaupun air menggenangi jalanan, namun tidak sampai ke rumah," ujar Juremi.

Juremi menuturkan, banjir saat ini melanda perumahan Harapan Indah, Bulevar Hijau, Duta Bumi dan Taman Harapan Baru, Bekasi. Warga yang tinggal di perumahan tersebut sudah terbangun sejak pukul 01.30 WIB untuk membereskan barang-barang berharga agar tidak terkena banjir.

Air mulai masuk kerumah bervariasi antara pukul 02.00 hingga 04.00 dan beberapa rumah sudah tidak tergenang pada pukul 07.00.

"Sebagian besar warga di kawasan perumahan ini tidak masuk kerja karena akses keluar yang tidak memungkinkan selain juga mereka khawatir meninggalkan rumah yang sedang kebanjiran," tulis Juremi.

Sementara Reza menduga, banjir di daerahnya disebabkan kali jebol yang mengakibatkan air mengalir ke rumah-rumah warga.

Bekasi Juga Terendam

Senin, 19/01/2009 08:32 WIB
Nurul Hidayati - detikNews

Jakarta - Banjir juga melanda kawasan Bekasi. Ada yang sedengkul, ada yang sepinggang.

Di Perum Harapan Indah, Bekasi Barat, misalnya, air akibat hujan deras mulai naik sekitar pukul 02.00 WIB dinihari, Senin (19/1/2009). Air memasuki rumah warga sehingga membuat warga tidak tidur. Mereka sibuk menyelamatkan harta benda.

Kendaraan yang nekat menembus genangan juga mogok. Hingga kini masih banyak motor dan mobil yang terhenti di pinggir jalan karena kerusakan mesin.

Pembaca detikcom, Satyagraha, melaporkan bahwa banjir juga terjadi di Perumahan Taman Harapan Baru, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, banjir setinggi paha orang dewasa (75 cm).

"Air sama sekali tidak mengalir sehingga perumahan warga tergenang sejak dini hari ini. Perumahan sekitar seperti Harapan Indah, Griya Harapan Indah, Bulevar Hijau (sebagian) juga terendam banjir," ujarnya.

Foto Terkait

Banjir Kepung Perumahan Boulevard Hijau

19/1/2009 6:50 WIB
Rudy Zein - Newsroom Elshinta, Banjir dengan ketinggian bervariasi menggenanagi perumahan Boulevard Hijau Harapan Indah, Bekasi Jawa Barat, Senin (19/1) pagi ini.

"Kami sekeluarga bertiga dengan istri dan bayi masih bertahan di rumah. Kami lagi berusaha jalan dengan menggunakan bak mandi, yang penting bayi saya selamat", ujar warga Blok I Perumahan Boulevard, Oki Darso.

Banjir yang terjadi di perumahan tersebut disebutkan Oki, ketinggian air antara 50-60 sentimeter. "Di jalan raya air mencapai lutut orang dewasa, sementara dalam rumah di bawah lutut".

Disebutkan Oki, banjir disebabkan hujan yang deras mengguyur Bekasi tadi malam. Warga perumahan saat ini telah mengungsi di dataran yang lebih tinggi, seraya menyelamatkan barang-barang berharga milik mereka.

"Ini karena banjir kiriman dari hulu sungai, ditambah hujan deras tadi malam", ujar Oki. (heh)

Hujan Datang Banjir Meradang


02 Desember 2008

HARAPAN INDAH (THI) – Hujan mengguyur sepanjang siang hingga sore hari. Dengan ketinggian setengah kaki orang dewasa, banjir menggenangi RW 015 Pejuang jaya hingga perbatasan Family Mart dan setengah bagian wilayah Harapan Indah. Ruslan (30) mengatakan bahwa, hal ini biasa terjadi setiap kali hujan deras. Mereka sudah sering mengeluh pada pihak berwenang, namun belum ada tanggapan sama sekali.

Menurutnya, ini diakibatkan tidak ada aliran air yang cukup layak, ditambah lagi daerahnya yang berdataran rendah. Banyaknya tumpukan sampah disisi kanan kiri jalan cukup memperparah masalah ini. Parit besar yang mengalir di muka Yayasan Taman Harapan hingga belakang pasar pejuang juga mengalami kenaikan debit air. Beberapa cm yang tersisa mampu mengalirkan airnya keluar. Jika hal ini terjadi maka akan menambah bau busuk dan genangan air yang cukup parah (Lya)

Lagi Lagi Masalah


02 Desember 2008

BEKASI (THI) – Pemukiman mewah bukan halangan tak terkena banjir. Buktinya, kawasan Bullevar hijau, Duta Bumi, Griya Harapan Permai, dan Harapan Indah tak pernah absen mengalami hal ini. Untuk Griya Harapan Permai, mulai dari pintu masuk hingga ke dalam kawasan pemukiman warga, air menggenang setinggi lutut orang dewasa. Sementara di Bullevar Hijau, anak-anak terlihat senang bermain banjir yang juga cukup dalam.

Salah seorang siswa Galatia, Stephen (15) mengalami nasib sial akibat banjir. Motor Nouvo yang dikendarainya mogok akibat air masuk ke dalam knalpotnya. Hal yang sama juga terjadi pada Mat (35), mobil yang dikendarainya juga bermasalah saat memasuki kawasan Duta Bumi yang juga terendam air. Hingga beberapa lama kedua mesin kendaraan bermotor ini tidak berfungsi.

Tidak hanya itu, jalan raya dan ruko Bullevar Hijau juga mengalami masalah yang sama. Tampak banyak kendaraan yang berhenti di pelataran parkir ruko tersebut. Kebanyakan mereka ingin memasuki kawasan yang disebutkan tadi, namun masih menunggu hingga airnya surut agar tidak mengalami nasib yang sama seperti yang dialami kedua orang tadi. (Lya)

Musim Hujan:Perumahan Mewah pun Terancam Banjir

Rabu, 3 Januari 2007

BEKASI--Memasuki musim hujan, puluhan kawasan perumahan elite di wilayah Kabupaten dan Kota Bekasi rawan banjir karena pengembang membangun permukiman di atas lahan yang seharusnya untuk daerah resapan air.

"Sebagian besar perumahan elite di wilayah Kabupaten dan Kota Bekasi dibangun di atas daerah resapan air, sehingga terjadi banjir ketika hujan deras karena tidak ada lahan yang mampu menampung air hujan," kata pengamat lingkungan dari LSM Environment Community Union (ECU) Benny Tunggul.

Kawasan perumahan elite yang rawan banjir, yakni Bekasi Griya Asri, Bumi Satria Kencana Kayuringin, Bekasi Indah II, Kampung Buwek, Graha Mutiara di Wanasari Kabupaten Bekasi, Villa Jatirasa, Villa Jatiwarna, Kemang IFI Pratama, Bumi Satria Kencana, Kemang Pratama II, Harapan Baru Regency, Harapan Indah, dan Harapan Mulya.

Selanjutnya, Pondok Timur Indah, Pekayon Indah Bojong Kulur, Jakasampurna, Jaka Kencana Pekayon, Pondok Cikunir, Pondok Mitra Lestari, Pondok Hijau Permai, Pondok Pekayon Indah, Pulo Permatasari, dan Mustikasari Pekayon.

Berikutnya, Taman Cikunir Indah, Taman Cikeas Pekayon, Taman Permata Cikunir, Taman Galaxy, Villa Nusa Indah, Villa Jatiasih, Pondokgede Permai, dan Taman Centuri I dan II.

Salah satu penyebab terjadinya banjir di puluhan kawasan perumahan elite itu, antara lain adanya pelanggaran terhadap rencana tata ruang wilayah (RTRW) oleh pejabat intansi terkait yang dengan mudahnya menerbitkan surat izin lokasi kepada pengembang untuk membangun perumahan di kawasan resapan air.

"Bobroknya kinerja pejabat Pemkot Kabupaten dan Kota Bekasi yang dengan mudah menerbitkan surat izin membangun kepada pengembang dengan melanggar RTRW akhirnya puluhan kawasan perumahan elite di kedua wilayah itu menjadi langganan banjir ketika hujan deras," katanya.

Selain pelanggaran RTRW, pejabat kedua Pemda Bekasi itu juga dinilai tutup mata terhadap perubahan fungsi lahan yang terjadi, ditambah pembangunan perumahan elite mengesampingkan penelitian tentang analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).

Lahan yang seharusnya berfungsi untuk daerah resapan air disulap menjadi perumahan elite, pertokoan, dan perkantoran, sehingga mengakibatkan banjir, tetapi pejabat instansi terkait pemberi izin lokasi terkesan tidak mau tahu.

Benny menyebutkan pada 2004 terjadi banjir bandang yang menenggelamkan ribuan rumah elite di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi bahkan memorak-porandakan perabotan rumah tangga mengakibatkan kerugian materi Rp2 miliar.

Namun, yang memprihatinkan, kata dia, sebelum rumah-rumah elite dijual kepada calon konsumen, pengembang menyebar brosur bahwa perumahan yang ditawarkan bebas banjir, tetapi kenyataan di lapangan banjir juga.

Menanggapi adanya puluhan kawasan perumahan elite di Bekasi rawan banjir, Wakil Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad, mengatakan perlunya membangun sejumlah situ (danau) di daerah rawan banjir untuk menampung air hujan. Di wilayah Kecamatan Rawalumbu, Jatiasih, Jatisamurna, dan Bantargebang, terdapat lahan cukup luas yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan situ guna menampung air ketika hujan deras.

"Pembuatan situ mutlak dibutuhkan dan segera direalisasikan agar sejumlah kawasan perumahan elite dan rumah warga di luar perumahan juga tidak menjadi langganan banjir ketika musim penghujan," kata Mochtar Mohamad.

Jika Pemda Bekasi tidak membangun situ-situ, dapat dipastikan setiap hujan deras melanda wilayah ini beberapa jam saja permukiman menjadi langganan banjir, belum lagi kiriman air dari Bogor, Jawa Barat membuat Kali Bekasi meluap.

Kini di wilayah Kota Bekasi baru terdapat tiga situ, yakni Lumbu, Gede, dan Pulo, tetapi belum mampu mengatasi banjir yang melanda kawasan puluhan perumahan dan rumah warga sekitarnya ketika hujan deras.

Menanggapi hasil survei LSM Environment Community Union bahwa puluhan rumah mewah di Kabupaten dan Kota Bekasi rawan banjir, Kepala Bidang (Kabid) Tata Air Dinas PU Kota Bekasi, Ruspendi, mengatakan pihaknya menjalin kerja sama dengan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi guna mengambil langkah-langkah.

Langkah-langkah itu, antara lain menyediakan 14 perahu karet, obat-obatan, tenda, dan bahan makanan. Dengan demikian, jika terjadi banjir, para korban dapat segera mendapat bantuan yang dibutuhkan.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga mempersiapkan sembilan pompa penyedot air dengan kapasitas 250 liter hingga 400 liter per detik dan ditempatkan di sekitar Perumahan Kartini, Villa Jatirasa, Kemang IFI, Pondokgede Permai, Kompleks Kejaksaan, Graha Indah, Pondokhijau Permai II, Under Pass, dan Century. n ANT/E-2

Lamban, Penanganan Korban Banjir

Kamis, 31 Januari 2002
Jakarta, Kompas

Penanganan aparat pemerintah terhadap korban banjir yang terjadi di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi terkesan lamban dan tidak profesional. Akibatnya, banyak penduduk yang terisolasi di atap-atap rumah dan bantuan makanan untuk para pengungsi kurang memadai.

Menurut pemantauan Kompas, di sekitar Manggarai, Cipinang dan Rawa Buaya, Jakarta, maupun Ciledug Indah, Tangerang, dan Kalibaru, Bekasi Barat, ratusan penduduk, di antaranya anak-anak, masih tertahan di atap rumah maupun lantai rumah bagian atas. Untuk terjun ke tengah banjir itu sangat tidak mungkin karena genangan air mencapai sekitar dua meter. Belum tampak bantuan dari aparat pemerintah untuk menyelamatkan dan mengungsikan mereka ke tempat yang lebih aman.

"Sudah delapan jam menunggu di sini, namun tidak ada bantuan perahu karet," kata Ny Musminah (45) yang tertahan di lantai atas sebuah rumah kayu di Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur.

Beberapa penduduk mengungsi ketika permukaan air belum tinggi. Penduduk lainnya mengungsi dengan bantuan tetangga menggunakan ban-ban karet ukuran cukup besar. Namun, hal itu sulit dilakukan ibu-ibu berusia lanjut maupun anak-anak.

Tidak ada aparat pemerintah daerah yang terjun langsung menyelamatkan pengungsi yang tertahan di atap-atap rumah. "Kalau mengejar pedagang kaki lima, Banpol PP (Bantuan Polisi Pamong Praja-Red) yang berseragam biru-biru itu paling bersemangat. Tetapi, saat warga terkena musibah, jangankan menolong, kelihatan pun tidak," kata seorang warga di Kampung Melayu.

Sementara itu, penduduk di pengungsian di sekitar Rawa Buaya (Jakarta Barat), Manggarai, Cipinang, Mampang Prapatan, Jatinegara, dan daerah-daerah lainnya mengaku belum mendapatkan bantuan makanan dari aparat pemerintah daerah. Kalaupun ada donatur, mereka hanya memberikan pakaian bekas dan beras.

"Kami mengucapkan terima kasih dikasih beras, tetapi saat ini tidak bisa dimanfaatkan. Mau masaknya pakai apa? Kompor dan alat-alat masak semuanya terendam banjir," kata Ny Nengsih (45), penduduk RW 08, Rawa Buaya.

Menurut Sekretaris Pusdalgangsos DKI Jakarta, jumlah pengungsi di Jakarta tercatat 55.000 orang, yang tersebar di lima wilayah Jakarta. Sedangkan di Tangerang, berdasarkan data Pemkot Tangerang, tercatat sekitar 35.000 orang yang kemudian mengungsi ke masjid, sekolah, bantaran rel kereta api, maupun tempat lainnya yang dianggap aman.

Hotel penuh

Banjir yang melanda Bekasi juga semakin meluas dan permukaan air semakin tinggi. Akibatnya, ribuan warga diungsikan, sedangkan warga di beberapa perumahan elite terpaksa mengungsi ke hotel atau rumah kerabat sehingga banyak warga tidak masuk kerja.

Di kelurahan Kalibaru, Bekasi Barat, misalnya, ketinggian air kemarin mencapai dua meter sehingga 300 kepala keluarga (KK) terpaksa diungsikan ke gedung-gedung SMU Patriot. Sementara di Perum Harapan Baru Regensi, ketinggian air mencapai satu meter sehingga 500 KK diungsikan. Di Perum Harapan Mulya, 750 rumah terendam air, sedangkan di Perum Harapan Indah sebanyak 1.700 rumah dengan ketinggian air mencapai satu meter. Di Perumahan Harapan Baru I, ketinggian air yang mencapai 70 sentimeter membuat 2.000 rumah terendam air.

Menurut salah seorang karyawan swasta warga Perumahan Bumi Satria Kencana (BSK) Bekasi Selatan, air menggenangi ratusan rumah mulai Selasa pagi. Selasa malam, air menyurut, namun kembali naik hingga setinggi leher. Akibatnya, selama dua hari (Selasa dan Rabu), dia terpaksa tidak masuk kerja.

"Semua barang elektronik dan perabotan hancur, tidak ada yang bisa diselamatkan. Malah, ensiklopedi saya juga ikut terendam air. Saya hanya sempat mengambil beberapa pakaian dan surat-surat penting. Mobil saja sampai terendam sehingga saya tidak masuk kantor," ujarnya, Rabu (30/1), saat hendak mengungsi.

Menurut M Tamrin, petugas Bendung Bekasi, debit air Rabu kemarin yang mencapai 500 meter kubik/detik adalah yang terbesar selama musim hujan ini. Sebelumnya, debit air pernah mencapai 250 meter kubik/detik sesuai ambang batas di Bendung Bekasi, sedangkan dalam kondisi normal debit air hanya 100 meter kubik/detik. "Akibatnya, tiga pintu bendung dibuka dari atas dan bawah supaya air menyebar ke kali. Namun, hal itu membuat air cepat masuk ke kali yang menuju ke arah perumahan di Jalan Kartini dan Kayuringin," ujarnya.

Ditambahkan, debit air yang masuk dari Tarum Barat Purwakarta hanya 13 meter kubik/ detik, namun debit air dari arah Bogor yang masuk ke Sungai Cikeas dan Cileungsi hampir mencapai 500 meter kubik/detik sehingga Bekasi terendam air.

Namun, beberapa pengelola hotel berbintang di Bekasi seperti Hotel Horison, Hotel Sahid Lippo Cikarang, dan Hotel Ibis justru mengaku ketambahan rezeki lantaran banyak warga berada yang terpaksa mengungsi ke hotelnya. Menurut staf penjualan Hotel Horison, Dewi, sebanyak 191 kamar hotel telah terisi. Seorang warga Perumahan Taman Kartini terpaksa menggigit jari saat hendak mengungsi ke Hotel Horison karena kamar hotel telah penuh. Hotel Sahid Lippo Cikarang dengan kamar sebanyak 112 buah juga telah penuh terisi.

Sementara itu, untuk membantu penanggulangan banjir di DKI Jakarta, Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PBP), Rabu (30/1), menyerahkan bantuan kepada Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) PBP DKI Jakarta. Bantuan tersebut berupa lima unit perahu karet, lima unit mesin motor, 16 unit handy talky (HT), dan 100 pasang sepatu boot serta 100 ton beras diterima Gubernur DKI Jakarta.

Bantuan dari Bakornas PBP diserahkan pelaksana tugas Wakil Sekretaris Bakornas PBP Burhanudin kepada Sutiyoso selaku Ketua Satkorlak PBP tingkat I Provinsi DKI Jakarta. Menurut Kepala Biro Humas dan Protokol Pemda DKI Jakarta Muhayat, serah terima bantuan tersebut dilakukan di ruang rapat pimpinan di Balaikota DKI Jakarta saat berlangsung rapat musyawarah pimpinan daerah (Muspida) hari Rabu itu. (thy/m08/mul/p03)